Pages

Sep 3, 2018

[REVIEW] Subculture Palette - Anastasia Beverly Hills


Hai.

Setelah satu tahun diluncurkan, akhirnya baru sekarang gue sempat membeli palette Subculture dari Anastasia Beverly Hills. Palette ini sempat memicu kontroversi setelah diluncurkan, mulai dari 'bocoran' palette yang menyebar sebelum dirilis hingga review dari beberapa beauty gurus yang tidak menyukai palette ini. Tapi, setelah beberapa kali digunakan ternyata palette Subculture ini malah menjadi salah satu palette holy grail gue. WHAT?!!

Anastasia Beverly Hills (ABH) sendiri merupakan brand kosmetik yang mulanya dikenal karena treatment eyebrows. Beberapa tahun terakhir, mereka mulai memperluas produk-produk kosmetik yang dijual, salah satunya adalah eyeshadow. Salah satu eyeshadow yang mereka produksi adalah palette Modern Renaissance yang menjadi salah satu best palette di femaledaily.com dan juga salah satu best seller di Sephora. Setelah sukses dengan Modern Renaissance, ABH kemudian meluncurkan kembali palette eyeshadow yang diberi nama Subculture pada pertengahan tahun 2017.
Namun, ternyata Subculture memiliki formula yang berbeda dari palette pendahulunya itu. Subculture lebih menekankan pada formula pressed pigment. Jadi, bahan yang diperbanyak dalam formulanya adalah pigment, sedangkan bahan pengikat pigment itu agak dikurangi. FYI, semakin pigmented sebuah eyeshadow, maka semakin banyak juga fallout / kickback yang bertebaran karena semakin sedikit juga pengikat antar-pigment. Ini berarti,semakin banyak fallout, biasanya semakin pigmented pula. Warna-warna dalam Subculture ini--terutama warna matte--memang digadang-gadangkan bukan matte biasa, melainkan ultra-matte. Jadi, warna pekatnya benar-benar langsung keluar hanya setelah satu kali swipe saja. (cr:alsdelente.blogspot.com)

Anyway, salah satu alasan kenapa gue tertarik membeli palette ini adalah karena warnanya itu warna-warna gue banget.. Gak terlalu warm, malah cenderung dark dan cool toned. Karena penasaran akibat review-review kontroversial, gue pun membeli palette Subculture ini di Tokopedia. Sebenarnya, awalnya gue gak mau beli palette Subculture ini dulu. Gue awalnya ingin beli palette Kat Von D Eye Shade + Light. Tapi, karena ada beberapa drama halangan, maka gue tidak jadi membeli palette Kat Von D dan malah membeli palette Subculture di toko lain. Palette ini dibanderol dengan harga Rp 757,000. (cr:alsdelente.blogspot.com)

Image result for subculture palette
Palette Subculture terdiri dari 14 warna, 3 warna metallic dan 11 warna matte. (cr: Website ABH)

Subculture memiliki 14 warna, yang terdiri dari 3 warna metallic dan 11 warna matte. Ini adalah salah satu alasan mengapa gue tertarik sama Subculture, karena gue lebih suka palette yang memiliki lebih banyak pilihan warna matte daripada shimmer/metallic. Selain itu, warna-warna dalam palette Subculture ini terdiri dari beberapa warna seperti coklat, merah, kuning, hijau, dan biru. Perlu digarisbawahi bahwa dari warna-warna tersebut, ada warna-warna yang saling berseberangan atau biasanya disebut sebagai complementary color. Berikut adalah diagram penjelasan complementary color.

Diagram warna-warna yang berseberangan. Warna yang berseberangan berarti warna yang paling berbeda satu sama lain. Contoh, di diagram ini warna ungu berseberangan dengan warna kuning. Ini berarti warna ungu dan kuning adalah dua warna yang paling kontras dan berbeda. Warna kuning adalah complementary color dari warna ungu. Kedua warna ini akan saling menonjolkan satu sama lain bila muncul secara berdampingan, namun tidak disarankan untuk dicampur (di-blend) secara bersamaan. (cr: sessions.edu)

Seperti contohnya shade Untamed (basis hijau) v.s. All Star (basis merah) dan Axis (basis biru) v.s. New Wave (basis kuning-jingga). Bila mencampurkan dua complementary color tersebut secara bersamaan, maka kemungkinan warna eyeshadow di mata akan menjadi abu-abu dan terlihat muddy. Namun, bukan berarti sama sekali tak bisa menggunakan kedua warna tersebut secara bersamaan. Complementary color dalam palette Subculture ini bisa digunakan bila secara berdampingan (bila kedua warna tersebut tidak di-blend menjadi satu), dan tidak disarankan untuk mencampurkan kedua warna tersebut (blend menjadi satu). (cr:alsdelente.blogspot.com)

Swatch palette Subculture di dalam ruangan dan bagaimana warna-warna tersebut terlihat di atas kulit Medium/Sawo Matang (NC30). (cr: dok.pribadi)

Swatch palette Subculture bila terkena sinar matahari (cahaya alami). (cr: dok.pribadi)

Gue akan mengupas satu per satu warna di swatch tangan gue, mulai dari warna kiri-kanan. Tulisan warna hijau berarti cukup baik, warna biru berarti netral (biasa aja), dan tulisan berwarna merah berarti so-so aja menurut preferensi gue.
  • Rowdy. Pigmented. No Kickback. Warna coklat gelap. Tidak terlalu warm di kulit gue. Tapi, setelah gue lihat ada sedikit aksen keunguan di warna ini ketika diaplikasikan ke mata.
  • Edge. Super Pigmented. Kickback. Warna kuning gonjreng. Ketika diaplikasikan entah mengapa warnanya tidak secerah yang ada di palette.
  • Untamed. Super Pigmented. No Kickback. Warna hijau lumut. Ini warna yang bikin gue jatuh cinta sama palette Subculture. Agak gelap kalau diaplikasikan. Menurut gue, warna ini bisa dipakai sebagai eyeshadow daily karena ketika diaplikasikan tidak terlalu kelihatan hijaunya. Cenderung hijau-gelap-coklat. (cr:alsdelente.blogspot.com)
  • New Wave. Super Pigmented. Kickback. Warna kuning mustard. I'm super obsessed with this color! Ketika diaplikasikan, warnanya tidak terlalu kuning, malah jadi cenderung coklat. Shade ini juga bisa dipakai untuk daily.
  • Fudge. Pigmented. Kickback. Warna coklat warm. Untuk kalian pecinta warna warm, ini satu-satunya harapan yang gue lihat bagi pecinta warm color di sini. Dan gue kurang suka warna ini karena terlalu warm. Bisa dipakai untuk daily karena warnanya natural.
  • Electric. Not Pigmented. No Kickback. Warna hijau-gold. Warna ini super cantik, beda dari green metallic dari palette eyeshadow manapun karena warna ini ada aksen gold-nya. Tapi, sayangnya shade ini kurang nyala. Setelah disemprot pun warnanya nggak mau keluar. Best to apply with finger, dan masih gak gitu keluar sih. Harus di build-up terus.
  • Roxy. Pigmented. Much Kickback. Warna peachy-pink. Warna ini cocok dijadikan warna crease.
  • Axis. Super-Pigmented. No Kickback. Warna teal-blue. Warna ini biasa gue pakai untuk menggelapkan area luar mata dan juga untuk di bawah mata. Cocok digunakan untuk gaya smokey eyes.
  • Mercury. Super Pigmented. Kickback.  Warna ash-brownMy favorite color in this palette karena susah banget nyari warna coklat cool toned begini di palette lain. Warna ini cocok untuk contour, mempertegas dimensi mata. Cocok dipakai untuk daily.
  • All Star. Pigmented. No Kickback. Warna merah-maroon. Kalau diaplikasikan jadi terlihat merah-coklat. (cr:alsdelente.blogspot.com)
  • Adorn. Pigmented. No Kickback. Warna golden-metallic. Sebenarnya...ini warna yang tidak membuat gue excited karena gue uda ada warna ini di palette lain hahaha. Tapi, kalau misalnya kalian pengen beli Subculture karena warna ini, gue saranin lebih baik pindah haluan dan mending beli Colourpop Dream.St aja, di Dream.St ada shade yang sama persis kayak ini dan lebih pigmented. Karena dari pigmentasi, shade Adorn ini sama seperti shade Electric, nggak begitu pigmented bahkan setelah disemprot. Bedanya, Adorn ini warnanya lebih keluar kalau diaplikasikan pakai jari ketimbang Electric.
  • Destiny. Super Pigmented. Kickback. Warna hijau tentara. Gue suka pakai warna ini barengan sama Untamed dan Axis.
  • Dawn. Pigmented. Much Kickback. Warna beige. Cocok untuk dipakai sebagai base eyeshadow. Hanya saja harus berhati-hati saat tap brush karena menurut gue, shade ini yang paling banyak kickback dalam palette Subculture gue.
  • Cube. Not Pigmented. Kickback. Warna pink-metallic. Warna ini cantik banget, sayangnya sama kayak Electric, harus di build-up beberapa kali sampai warnanya nyala.

Untuk palette Subculture ini, gue merasa semakin gelap shade-nya, semakin tidak ada kickback. Sebaliknya, semakin terang shade-nya, maka kudu hati-hati saat tap brush karena lebih banyak kickback yang dihasilkan. Entah apakah ada pengaruh pigment atau nggak (I'm not a scientist tho hahahahaha sotoy ae). Tapi, menurut gue, kickback dalam Subculture masih bisa dimaklumi (karena gue punya palette yang kickback-nya jauh lebih parah dari ini). Batch gue P7G22, dan menurut informasi dari toko tempat gue beli, barang ini adalah batch dari 4 Desember 2017. Gue gak tahu apakah ini ada hubungannya dengan batch atau tidak seperti yang dibilang orang-orang karena ternyata tidak separah yang gue bayangkan setelah menonton review-review di Youtube. Untuk gua pribadi, apakah palette ini banyak kickback? Ya. Tapi, kickback-nya masih bisa dimaklumi menurut gue. Apakah palette ini pigmented? Ya, sangat. Seperti yang gue bilang tadi, Subculture ini sangat pigmented, bahkan terlalu pigmented. Kalau salah blending, warna yang dihasilkan bisa jadi patchy dan butek. Bukan berarti shade-nya patchy, nggak. Sepengalaman gue, pengalaman patchy pakai Subculture bukan karena shade-nya, tapi mostly karena gue timpa terus satu warna ke warna lain lalu di-blend dengan tidak merata. (cr:alsdelente.blogspot.com)

Keadaan palette saat baru datang. (cr: dok.pribadi)

Keadaan palette setelah tiga kali penggunaan. Ada beberapa shade yang memiliki kickback, tapi tidak banyak. (cr: dok.pribadi)

Cara penggunaan Subculture cukup berbeda dengan palette lain. Gue pribadi nggak masalah sih, karena ini berarti gue bisa mengeksplor teknik pengaplikasian eyeshadow lain melalui Subculture. Tapi, karena cara penggunaannya berbeda, berarti harus beradaptasi beberapa lama dahulu baru dapat 'mengenal' palette ini. Ini berarti, palette ini tidak cukup praktis. Gue baru menemukan cara pakai yang benar setelah 5 kali menggunakan Subculture(cr:alsdelente.blogspot.com)

Brush yang digunakan untuk mengaplikasikan eyeshadow Subculture, yaitu BH Cosmetics Crystal Quartz. Ada 3 brush esensial yang digunakan, yaitu nomor 9 (blending brush pipih), nomor 10 (blending brush pointy), dan nomor 7 (buff blending brush). (cr: dok.pribadi)

Brush yang gue gunakan untuk pengaplikasian Subculture adalah BH Cosmetics Crystal Quartz Brush Set. Basically gue selalu menggunakan brush-brush ini untuk memakai eyeshadow yang pigmented dan yang 'berpotensi' jadi patchy.
Saat mengambil produk, gue nggak muter-muterin brush gue ke palette (lol emangnya mau ngapain swirl terus ampe hit pan). Gue cuma 1x ambil produk ke warna yang diinginkan. Udah, abis itu nggak gua ambil lagi warnanya. Jangan di-tap berkali-kali, karena sekali tap saja produk sudah terangkat ke brush dan bisa digunakan untuk seluruh mata. Setelah itu, gue mulai aplikasikan ke area mata. (cr:alsdelente.blogspot.com)
Untuk blending, gue memilih blending brush yang pipih (no.9). Gue menemukan brush ini lebih efektif untuk blending di area crease, terutama untuk eyeshadow yang pigmented. Setelah mengambil produk eyeshadow dengan blending brush pipih, produk langsung di-spread ke sepanjang crease/area di mana kita ingin meletakkan warna. Jangan tap warna ke satu titik, karena kalau begitu warna akan sulit di-blend kemudian. Setelah ambil produk menggunakan brush, usahakan langsung spread produknya ke sepanjang crease dan langsung di-blend.
Setelah itu, baru gue build-up warnanya lagi pakai blending brush yang ujungnya agak pointy (no.10). Gue menggunakan brush ini juga untuk memperhalus garis antar-warna eyeshadow supaya bisa ter-blend dengan rapih.
Setelah di-blend warna-warnanya, gue pakai buff blending brush (no.7) biasa tanpa mengambil produk, untuk di-blend memperhalus garis eyeshadow yang sudah diaplikasikan.
Udah, begitu aja. Jangan di-blend terlalu lama karena warna eyeshadow bisa jadi keabu-abuan bila terlalu lama di-blend.

Untuk formula, hanya ada dua shade yang teksturnya creamy (Electric dan Adorn), sedangkan 12 shade lainnya memiliki tekstur cukup powdery. Menurut cosdna, Subculture tidak mengandung paraben dan fragrance. Sebelum dipakai ke mata, biasanya gue coba aplikasikan produk kosmetik ke punggung tangan dulu untuk mengetes apakah produk yang bersangkutan mengakibatkan alergi atau tidak. Biasanya, produk yang mengandung paraben/fragrance akan menimbulkan bentol-bentol kemerahan di punggung tangan gue setelah gue mengaplikasikan produk. Tapi, sejauh ini Subculture tidak menimbulkan efek alergi apapun di punggung tangan gue. Barulah setelah itu gue berani mengaplikasikan ke mata dan ternyata memang aman-aman saja, tidak menimbulkan iritasi.


Packaging Subculture sama seperti Modern Renaissance, mulai dari ukuran sampai bahannya. Material packaging palette ini adalah dari bahan beludru (velvet) berwarna biru--idk biru teal atau biru apa itu namanya--yang sulit dibersihkan kalau kotor. Palette ini dapat dibawa travelling karena ada satu brush bawaan dalam palette, yaitu brush untuk tap dan blend.  (cr:alsdelente.blogspot.com)

Halo Eyes menggunakan Subculture Palette. Transisi: Edge & New Wave. Eyelids: Destiny, Untamed, Axis, Electric. Bawah Mata: Fudge, Rowdy. Inner Corner: Cube. (cr: dok pribadi)

Pada foto di atas, dapat dilihat bahwa shade Edge dan New Wave sebagai warna transisi menjadi lebih gelap dari yang terlihat saat diaplikasikan ke area mata. Shade Electric & Cube butuh sekitar 4-5 tap agar warna keluar seperti ini. Untuk warna-warna ini, it blends smoothly!

Cool Toned Halo Eyes menggunakan Subculture Palette. Transisi: New Wave. Eyelids & Bawah mata (Matte): Untamed, Axis, & Water Bearer (from Colourpop Dream.St).  Eyelids & Bawah Mata (Shimmer): Electric, Kaleidoscope (from Dream.St), & INEZ. 

Pada foto di atas, warna transisi hanya menggunakan New Wave. Bisa dilihat bahwa bila warna New Wave digunakan sendiri (tanpa Edge), maka warnanya akan menjadi coklat netral di eyelids. To be honest, I like this kind of oxidized-color. Warnanya nggak gitu warm, malah kayak brown neutral. Sejak uji coba look ini, gue mulai menggunakan warna New Wave untuk daily karena nyatu banget sama mata gue entah kenapa hahahaha.
Anyway, gue di sini juga iseng-iseng coba timpa sedikit warna Untamed (hijau) di atas Axis (biru tua). Gue pikir dia akan kayak palette lain, di mana kalau kita timpa warna yang lebih muda, warna mudanya akan nyatu sama warna gelap. Eh, ternyata salah dong dugaan gue... Warna Untamed justru bisa nimpa warna Axis dengan solid gitu, warnanya langsung jadi berubah jadi warna Untamed (hijau). Buru-buru lah gue timpa lagi tu warna pake warna Axis biar nggak hijau-hijau banget wkwkwkwk. (cr:alsdelente.blogspot.com)
By the way, gaya makeup ini terinspirasi dari Kelsey Anna.

Warm Toned Halo Eyes menggunakan Subculture Palette. Transisi: Dawn & Roxy. Eyelids: Fudge, All Star, Rowdy, Mercury, Adorn. Bawah Mata: Roxy, Fudge, Rowdy.

Akhirnya, gue coba membuat warm look menggunakan palette Subculture ini. Yang gue suka, warna-warna warm di palette ini nggak terlalu merah, melainkan masih di tahap bronze aja. Shade merah dan coklat di palette ini sejauh ini nggak ada masalah, semua mudah di-blend(cr:alsdelente.blogspot.com)

Secara keseluruhan, menurut gue this palette worth the price. Nggak akan menemukan palette dengan pigmentasi seperti ini dengan harga seperti ini. Gue sudah mencoba beberapa palette dari brand lain yang katanya "super-pigmented", tapi belum ada yang bisa mengalahkan pigmentasi Subculture. Gimana ya...sulit dijelaskan. Maksud gue itu kemampuan pigmentasi dari Subculture yang 'mampu' menimpa warna lain dan nggak nyampur. Jadi kalau misalnya lo pake shade merah di eyelids, lalu merasa salah warna, dan lo mau ganti jadi warna kuning. Lo bisa timpa warna kuning ke warna merah itu dan warnanya nggak bakal jadi orange, melainkan eyelids lo akan jadi warna kuning. Warna merahnya benar-benar ketutup setelah ditimpa warna kuning. Se-pigmented itu emang.
Namun, gue rasa memang Subculture ini tidak ditargetkan untuk pemula, pengguna natural makeup, atau untuk dipakai sehari-hari. Cara kerja palette ini berbeda dari palette lainnya yang membuat pemakai harus beradaptasi dulu dengan palette ini. Untuk orang-orang dengan mobilisasi tinggi dan serba-instan, gue sarankan untuk tidak membeli palette ini karena memang menggunakan Subculture itu pada awalnya membutuhkan kesabaran tingkat dewa! Tapi, gue sangat menyarankan palette ini khususnya untuk kalian yang suka eksperimen warna-warna atau yang mau belajar makeup dan tertarik untuk mengeksplor teknik-teknik menggunakan eyeshadow. Untuk packaging, I'm not a big fan karena packaging gue aja sekarang udah kotor kena noda eyeshadow dan nggak bisa dibersihkan lagi hahahaha. (cr:alsdelente.blogspot.com)


(+) PROS:
* Ada warna cool toned, warm toned, dan netral dalam satu palette. Paket komplit. Bisa eksperimen banyak warna.
* Super duper pigmented sampai bisa nutup warna lain kalau diaplikasikan.
* Blendable banget.
* Nggak chalky. Beneran kayak mentega.
* Kickback masih sewajarnya.
* Nggak bikin alergi.
(cr:alsdelente.blogspot.com)
(-) CONS:
* Packaging mudah kotor.
* Shimmer kurang nyala.
* Tidak disarankan untuk pemula.

(cr:alsdelente.blogspot.com)
RATE:
Quality: ★★★★
Packaging: ★★★
Price: ★★
FINAL VERDICT: My holy grail eyeshadow!

No comments:

Post a Comment